INDONESIA MEMBANGUN LIGHT RAIL TRANSIT (LRT)
Jangan sampai pekerjaan ini terlambat, kalau terlambat, saya harus tahu kenapa. Apakah ada masalah pendanaan, teknis atau apa
Joko Widodo, dalam Tinjauan LRT Jakarta, 30 September 2016 -              

Latar Belakang
Permasalahan transportasi perkotaan di Indonesia semakin kompleks. Tingginya angka kemacetan seiring dengan peningkatan penggunaan kendaraan pribadi menambah kesemrawutan sistem transportasi perkotaan. Berdasarkan hasil studi JUTPI di Kawasan Perkotaan DKI Jakarta, terdapat 53 juta perjalanan harian orang pada tahun 2010 dimana terdapat 49% pengguna sepeda motor, 13,5% mobil, dan hanya 16,4% total penggunaan transportasi umum. Hal tersebut jauh meningkat dibandingkan dengan data pada tahun 2002.
Gambar 1. Kecenderungan Perubahan Penggunaan Moda
Pemerintah pusat berupaya untuk membangun moda transportasi massal sebagai sistem mobilitas masyarakat perkotaan yang dimulai di DKI Jakarta, Metropolitan Jabodetabek, dan Kota Palembang.
Sebagai bentuk keseriusan pemerintah, Presiden Jokowi mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) guna percepatan pembangunan LRT. Terdapat 3 Perpres yang kemudian ketiganya dilakukan revisi yaitu:
  • Perpres No. 65 Tahun 2016 tentang perubahan atas Perpres 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan LRT Terintegrasi di Wilayah Jabodebek.
  • Perpres No. 79 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Perpres 99 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggraan Perkeretaapian Umum di Jakarta.
  • Perpres No. 55 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Perpres 116 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan LRT di Sumatera Selatan.

Mengenal LRT sebagai Angkutan Massal Perkotaan
LRT merupakan sistem kereta api penumpang yang beroperasi di kawasan perkotaan dengan konstruksi ringan. LRT memiliki kapasitas angkut antara 5.000-25.000 penumpang per jam per arah (kapasitas maksimum 30.000 pphpd). Kapasitas angkut LRT lebih besar dibandingkan dengan moda angkutan umum yang sudah dikembangkan di kawasan perkotan Indonesia, Bus Rapid Transit (BRT). Kapasitas angkut BRT antara 2.000 – 10.000 penumpang per jam per arah (pphpd).
Gambar 2. Jenis Moda Berdasarkan Biaya Pembangunan dan Kapasitas Angkut
Pembangunan LRT di Indonesia
Percepatan LRT di Indonesia termuat dalam Perpres No 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional yaitu LRT Terintegrasi Jabodebek, LRT DKI Jakarta dan LRT Sumatera Selatan (Metro Palembang).
A.  LRT Terintegrasi Jabodebek
Percepatan pembangunan LRT Terintegrasi Jabodebek dilakukan seiring dengan disahkannya Perpres 65 Tahun 2016 sebagai revisi Perpres 98 Tahun 2015. Prasarana LRT Jabodebek ditugaskan kepada PT Adhi Karya dengan nilai investasi Rp 20,600 Milyar Rupiah dengan 6 Lintas Pelayanan (LP) yaitu: LP 1 (Cibubur-Cawang 14,3 Km); LP 2 (Cawang-Dukuh Atas 10,5 Km); LP 3 (Bekasi Timur-Cawang 18,5 Km); LP 4 (Dukuh Atas-Cawang 5,7 Km); LP 5 (Cibubur-Cawang 25 Km); LP 6 (Palmerah-Grogol 5,7 Km).
Gambar 3. Peta Lintas Pelayanan LRT Jabodebek
Pengadaan sarana dan sebagai operator adalah PT KAI. Pengerjaan awal Tahap 1 yaitu lintas layanan 1 dan 3 dengan progres masing-masing sebesar 15% dan 6%. Target operasi kedua ruas tersebut sebelum pelaksanaan Asian Games 2018.
B.  LRT DKI Jakarta
Percepatan pembangunan LRT Jakarta dilakukan seiring dengan disahkannya Perpres 79 Tahun 2016 sebagai revisi Perpres 99 Tahun 2015. Pembangunan prasarana LRT Jakarta ditugaskan kepada PT Jakpro dan pengadaan sarana dan operator oleh PT KAI. Perkiraan kenutuhan anggaran sekitar Rp 4,5 Triliun dengan sumber pendanaan dari APBD DKI Jakarta.
Gambar 4. Peta Lintas Pelayanan LRT Jakarta
Terdapat dua rute yang menjadi prioritas dari 7 koridor untuk diselesaikan sebelum pelaksanaan Asian Games 2018 yaitu Koridor 1 (Kebayoran Lama- Kelapa Gading) dan Koridor 7 (Kelapa Gading- Kemayoran – Pesing – Basoetta). Groundbreaking LRT Jakarta dilakukan pada 22 Juni 2016. Konstruksi LRT Jakarta belum dimulai atau masih 0% menunggu tahap persiapan selesai. 
C.  LRT Sumatera Selatan
Percepatan pembangunan LRT Sumsel dilakukan seiring dengan disahkannya Perpres 55 Tahun 2016 sebagai revisi Perpres 116 Tahun 2015. Pengadaan prasarana LRT Sumsel ditugaskan kepada PT Waskita Karya dan PT KAI ditunjuk untuk pengadaan sarana dan operator. Skema pembiayaan dibebankan kepada APBN untuk prasarana sebesar Rp 12,8 Triliun dan kepada PT KAI untuk sarana sebesar Rp 600 Miliar.
Gambar 5. Peta Lintas Pelayanan LRT Sumatera Selatan
LRT Sumsel membentang dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II s/d Jakabaring Sport City sepanjang 24,5 Km dengan track 1.067 mm. Progres konstruksi sebesar 10,9% per Agustus 2016 dengan rencana beroperasi sebelum pelaksanaan Asian Games 2018.
Keberlanjutan LRT di Indonesia
Pembangunan ketiga LRT tersebut akan dilanjutkan di kota-kota lain di Indonesia. Beberapa kota seperti Surabaya, Bandung, dan Batam sudah menyiapkan rencana pembangunan kereta ringan tersebut. Tantangan terbesar adalah keberlanjutan operasional LRT. Perlu adanya jaminan keterjangkauan harga tiket dengan dukungan PSO dari Pemerintah serta terintegrasinya LRT dengan moda lain untuk kemudahan mobilisasi pengguna. 

Komentar

Postingan Populer